Interaksi obat merupakan salah satu drug related problem (DRP) yang dapat mempengaruhi efek terapi obat yang lain.
Efek tersebut bisa saja meningkatkan atau mengurangi efek obat yang lain dan bahkan bisa menyebabkan efek toksik, khususnya obat-obat yang memiliki indeks terapi yang sempit seperti digoksin, fenitoin.
Jenis Interaksi Obat
Interaksi Obat ada 3 jenis, yaitu
- Interaksi farmasetik,
- Interaksi farmakokinetik(ADME),
- Interaksi farmakodinamik.
Interaksi Farmasetik
Interaksi farmasetika terjadi di luar tubuh, baik secara fisika maupun kimia.
Pada interaksi obat ini terjadi perubahan yang tidak diinginkan sewaktu pencampuran obat yang satu dengan yang lain atau sewaktu penyimpanan.
Contoh perubahan akibat interaksi secara fisika adalah sebagai berikut.
- Campuran serbuk menjadi basah atau meleleh karena penurunan titik lebur (titik eutektikum) seperti campuran camphora dan menthol.
- Bahan obat yang bersifat higroskopis (menyerap molekul air dari udara) berpotensi meleleh selama penyimpanan
- Pencampuran bahan obat yang menyebabkan penurunan kelarutan salah satu bahan obat lainnya (salting out).
- Pencampuran bahan obat yang menyebabkan peningkatan kelarutan salah satu bahan obat lainnya (salting in). Hal ini merupakan suatu yang diharapkan dalam pencampuran obat.
- Adsorpsi obat. Hal ini terjadi saat pencampuran bahan obat dengan norit (karbon aktif) sehingga bahan obat tidak dapat bekerja secara farmakologis.
Interaksi secara kimiawi
Pada interaksi ini, perubahan yang terjadi karena timbulnya reaksi kimia saat pencampuran obat.
Contohnya sebagai berikut.
- Pencampuran obat yang mengakibatkan terbentuknya senyawa kompleks yang tidak larut seperti campuran tetrasiklin dan kalsium.
- Pencampuran yang menimbulkan reaksi asam-basa sehingga terjadi perubahan pH.
- Terjadinya reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan perubahan warna atau sediaan obat menjadi tidak stabil. Reaksi oksidasi terjadi akibat adanya oksidator seperti oksigen, ion logam berat, dan cahaya. Contoh senyawa obat yang mudah teroksidasi adalah ascorbic acid, calcitoin, isoprenalin.
- Kemungkinan lain yang menyebabkan perubahan warna atau ketidakstabilan suatu sediaan obat adalah terjadinya reaksi hidrolisis. Senyawa obat yang mengandung gugus seperti ester, amida, lakton, atau laktam, sangat peka terhadap reaksi hidrolisis. Reaksi ini pada umumnya terjadi pada bahan obat yang bercampur dengan pelarut air. Contoh obatnya metildopa, procaine, penicillin
Interaksi farmakokinetika
Interaksi farmakokinetika merupakan interaksi obat yang terjadi pada proses absorbsi, distribusi (ikatan obat dengan protein plasma), metabolisme, atau ekskresi yang menyebabkan perubahan kadar obat dalam plasma (bioavailabilitas).
Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamika adalah interaksi obat yang sangat berkaitan pada perubahan kerja (efek) obat.
Interaksi ini terjadi pada site of action atau target aksi obat.
Contoh Interaksi Obat.
Natrium diklofenak dengan ACE-inhibitor.
- Na diklofenak bekerja menghambat enzim COX-1 dan COX-2 sehingga produksi prostaglandin menurun. nah, prostaglandin itu sendiri adalah senyawa endogen yang berfungsi juga sebagai vasodilator endogen. Akibat kerja Na. diklofenak, berpotensi menyebabkan vasokonstriksi.
- ACE inhibitor bekerja menghambat enzim angiotensin converting enzyme (ACE) sehingga pembentukan angiotensin II terhambat. Efek yang ditimbulkan oleh ACE inhibitor adalah vasodilatasi pembuluh darah.
- Konsekuensi akibat interaksi obat ini: kerja ACE inhibitor menurun akibat kerja dari NSAIDs.
- Solusi: naikkan dosis ACE inhibitor (hati-hati: batuk kering !!. Bila terjadi, sebaiknya ACE inhibitor diganti dengan ARB).
- Berdasarkan studi secara in-vitro, NSAIDs dan captopril dapat membentuk kompleks sehingga penggunaan bersamaan keduanya harus dihindari (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16935827).
Kaptopril dan Digoxin
- Kaptopril menghambat enzim ACE, menyebabkan hiperkalemia
- Digoxin menghambat Na⁺/K⁺-ATPase, akibatnya kadar kalium ekstrasel meningkat
- Konsekuensi akibat interaksi obat ini: Terjadi peningkatan kadar digoxin dalam serum (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11471775)
- Solusi: Jangan diberikan bersamaan.
- Digoxin dikontraindikasikan pada pasien hipokalemia (http://www.cvpharmacology.com/cardiostimulatory/digitalis; https://www.ebmconsult.com/articles/mechanism-of-action-digoxin-inotropy-force-contraction-heart)
Diltiazem dan Digoxin.
- Diltiazem merupakan inhibitor P-glikoprotein sedangkan digoxin merupakan substrat dari P-glikoprotein. Diltiazem menghambat P-glikoprotein yang mengakibatkan kadar digoxin meningkat.
- Konsekuensinya: terjadi toksisitas digoxin
- Solusi: jangan diberikan bersamaan.
Kortikosteroid dan Salbutamol.
- Kortikosteroid berperan untuk mengurangi peradangan termasuk peradangan pada saluran nafas. Sehingga kortikosteroid juga digunakan untuk treatment asma.
- Salbutamol bertindak sebagai bronkodilator melalui agonis reseptor beta-2 di sel otot polos bronkus.
- Konsekuensi: kerja kedua obat ini saling bersinergis
- Solusi: obat dapat dikombinasikan untuk menghasilkan terapi yang optimal.
Kortikosteroid dan Thiazid
- Kortikosteroid juga memiliki efek retensi (menahan) garam dan air. Sedangkan Thiazid menghambat reabsorbsi garam dan air.
- Konsekuensi: terjadi penurunan efek thiazid
- Solusi: jangan diberikan bersamaan jika efek thiazid menurun.
Contoh lain dari interaksi obat dapat dibaca di
- Interaksi Obat Antihipertensi ACE inhibitor dan diuretik hemat kalium.
- Interaksi Obat pada Proses Distribusi (Digoxin dan Quinidin)
- Kombinasi Aspirin (Aspilet) dan Clopidogrel
- Penggunaan Metoclopramide dan Interaksinya
Baiklah cukup sekian dulu contoh-contoh dari interaksi obat. Semoga bermanfaat, Terimakasih.
Referensi Tambahan:
Comments
Post a Comment