Interaksi obat pada proses distribusi kebanyakan terjadi akibat displacement (pertukaran) ikatan obat "A" dengan protein plasma / jaringan akibat hadirnya obat "B".
Konsep distribusi obat telah dibahas pada ikatan obat dengan protein plasma.
Terjadinya displacement ini dipicu karena besarnya afinitas obat ke protein plasma atau jaringan.
Salah satu contoh interaksi obat pada proses distribusi adalah Interaksi digoxin dengan Quinidin.
Interaksi Digoxin dengan Quinidin.
Proses distribusi digoxin saat pemberian dosis tunggal adalah sbb.
Setelah melewati tahap absorbsi, digoxin didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Selama proses ini, sebagian digoxin terikat dengan jaringan/ protein plasma.
Sebagian lagi dalam bentuk bebas.
Hanya bentuk bebasnya yang dapat menembus membran sel menuju target aksi (reseptor) dan menimbulkan efek farmakologi.
Ketika kadar digoxin bebas dalam darah menurun, maka digoxin yang terikat dengan jaringan atau protein plasma akan terurai kembali.
Ketika digoxin diberikan bersamaan dengan quinidin, maka akan terjadi displacement ikatan terhadap jaringan.
Afinitas Quinidin untuk berikatan dengan jaringan lebih besar daripada Digoxin.
Sehingga selama proses distribusi, digoxin hampir secara keseluruhan dalam bentuk bebas, tidak terikat lagi dengan jaringan karena telah ditempati oleh quinidin.
Jumlah digoxin yang bebas menjadi meningkat untuk berikatan dengan reseptor.
Jadi, Interaksi kedua obat ini menyebabkan kadar digoxin dalam darah meningkat.
Interaksi ini berpotensi pada timbulnya toksisitas digoxin.
Perlu diketahui bahwa digoxin merupakan salah satu obat yang memiliki indeks terapi yang sempit.
Mekanisme Kerja Digoxin
Digoksin menghambat transporter Na⁺/K⁺-ATP-ase.
Skemanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Sumber: Smith TW, Braunwald E, Kelly RA. The management of heart failure, p. 464 In Heart Disease, 4th ed. (Braunwald, E., ed.) Saunders, Philadelphia, 1992.
Fungsi Na⁺/K⁺-ATP-ase ini adalah mengkatalisis pompa aktif ion kalium 2K⁺ masuk (influx) dan ion natrium (3Na⁺) untuk keluar (efflux) dari sel.
Penghambatan Na⁺/K⁺-ATP-ase oleh digoxin menyebabkan efflux K⁺ dari dalam sel sehingga terjadi peningkatan kadar ion Na⁺ dalam sel.
Kadar Na⁺ dalam sel meningkat melalui Na⁺–Ca²⁺ exchanger → pelepasan Ca²⁺ dari sarcoplasmic reticulum.
Aktivitas Ca²⁺ pada jantung adalah kontraksi otot jantung (ionotropik positif).
Itulah mekanisme kerja digoxin menyebabkan kontraksi otot jantung.
Dosis Oral: 1x sehari 0.125–0.25 mg
Efek Samping dan Toksisitas Digoxin
Ketika kadar digoxin dalam plasma tinggi, maka terjadi toksisitas / Efek Samping seperti :
- Nausea (mual)
- Vomiting, (muntah)
- Anorexia (nafsu makan menurun)
- Masalah persepsi penglihatan warna seperti merah-hijau atau kuning-hijau disekitar objek,
- Aritmia ventrikel dan blokade atrioventrikular yang terjadi digoksin menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit seperti hipokalemia (K⁺↓↓), hiperkalsemia (overload Ca²⁺), dan hipomagnesemia (Mg²⁺↓↓).
Keracunan digoxin dapat diatasi dengan pemberian Anti digoxin-specific immunoglobulin fragments (Fab) juga untuk mengatasi aritmia.
Kondisi hipokalemia dapat juga diatasi dengan pemberian intravena potassium chloride 40 mmol/L per jam.
Terimakasih.
Sumber:
- Tissue binding sites involved in quinidine-cardiac glycoside interactions
- Quinidine and digoxin. An important interaction.
- Mechanisms, manifestations, and management of digoxin toxicity
Comments
Post a Comment